الۡحَدِيثُ الۡخَامِسُ وَالثَّمَانُونَ بَعۡدَ الۡمِائَةِ
✍️ ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman bin Shalih Al Bassam (wafat 1423 H) rahimahullah
١٨٥ – عَنۡ أَنَسِ بۡنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ قَالَ: كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللهِ ﷺ فِي سَفَرٍ، فَمِنَّا الصَّائِمُ وَمِنَّا الۡمُفۡطِرُ.
قَالَ: فَنَزَلۡنَا مَنۡزِلًا فِي يَوۡمٍ حَارٍّ وَأَكۡثَرُنَا ظِلًّا صَاحِبُ الۡكِسَاءِ وَمِنَّا مَنۡ يَتَّقِى الشَّمۡسَ بِيَدِهِ.
قَالَ: فَسَقَطَ الصُّوَّمُ وَقَامَ الۡمُفۡطِرُونَ، فَضَرَبُوا الۡأَبۡنِيَةَ وَسَقَوُا الرِّكَابَ.
فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: (ذَهَبَ الۡمُفۡطِرُونَ الۡيَوۡمَ بِالۡأَجۡرِ).
185. Dari Anas bin Malik—radhiyallahu ‘anhu—, beliau mengatakan: Kami pernah bersama Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dalam suatu safar. Di antara kami ada yang berpuasa dan ada yang tidak.
Anas mengatakan: Kami singgah di suatu tempat di hari yang panas. Orang yang paling banyak naungannya adalah orang yang memiliki kain. Di antara kami ada yang menghalangi terik matahari menggunakan tangannya.
Anas berkata: Orang-orang yang berpuasa tergeletak, sedangkan orang-orang yang tidak berpuasa tetap tegar, mereka membuat kemah-kemah dan memberi minum hewan-hewan tunggangan. Rasulullah—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Orang-orang yang tidak berpuasa telah pergi membawa pahala.”1 HR Al-Bukhari nomor 2890 dan Muslim nomor 1119.
الۡمَعۡنَى الۡإِجۡمَالِيُّ:
كَانَ الصَّحَابَةُ مَعَ النَّبِيِّ ﷺ فِي أَحَدِ أَسۡفَارِهِ، فَبَعۡضُهُمۡ مُفۡطِرٌ، وَبَعۡضُهُمۡ صَائِمٌ.
وَالنَّبِيُّ ﷺ يُقِرُّ كُلًّا مِنۡهُمۡ عَلَى حَالِهِ.
فَنَزَلُوا فِي يَوۡمٍ حَارٍّ لِيَسۡتَرِيحُوا مِنۡ عَنَاءِ السَّفَرِ وَحَرِّ الۡهَاجِرَةِ.
وَكَانُوا رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمۡ مُتَقَشِّفِينَ، لَا يَجِدُ أَكۡثَرُهُمۡ مَا يُظِلُّهُ عَنِ الشَّمۡسِ، إِلَّا أَنۡ يَضَعَ يَدَهُ عَلَى رَأۡسِهِ أَوۡ أَنۡ يَضَعَ كِسَاءَهُ فَوۡقَ عُودٍ أَوۡ شَجَرَةٍ فَيَسۡتَظِلَّ بِهِ.
فَلَمَّا نَزَلُوا فِي هٰذِهِ الۡهَاجِرَةِ، سَقَطَ الصَّائِمُونَ مِنَ الۡحَرِّ وَالظَّمَأِ فَلَمۡ يَسۡتَطِيعُوا الۡعَمَلَ.
وَقَامَ الۡمُفۡطِرُونَ، فَضَرَبُوا الۡأَبۡنِيَةَ بِنَصۡبِ الۡخِيَامِ وَالۡأَخۡبِيَةِ، وَسَقَوُا الۡإِبِلَ، وَخَدَمُوا إِخۡوَانَهُمُ الصَّائِمِينَ.
فَلَمَّا رَأَى النَّبِيُّ ﷺ فِعۡلَهُمۡ وَمَا قَامُوا بِهِ مِنۡ خِدۡمَةِ الۡجَيۡشِ شَجَّعَهُمۡ، وَبَيَّنَ فَضۡلَهُمۡ وَقَالَ: (ذَهَبَ الۡمُفۡطِرُونَ الۡيَوۡمَ بِالۡأَجۡرِ).
Makna secara umum
Para sahabat pernah bersama Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—dalam salah satu safarnya. Sebagian mereka ada yang tidak saum dan sebagian yang lain saum. Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menyetujui kedua belah pihak dari mereka tetap dalam keadaannya.
Mereka singgah di suatu siang yang panas untuk beristirahat dari letihnya safar dan panasnya siang hari. Saat itu mereka—radhiyallahu ‘anhum—adalah orang-orang yang mengalami kesempitan hidup. Sebagian besarnya tidak mendapati naungan yang melindungi dari sinar matahari kecuali dengan cara meletakkan tangan di atas kepala atau meletakkan kain di atas ranting atau pohon lalu berteduh di bawahnya.
Ketika mereka singgah di waktu siang bolong ini, orang-orang yang saum tergeletak saking panas dan hausnya, sehingga mereka tidak mampu melakukan kegiatan. Adapun orang-orang yang tidak saum mampu melakukan kegiatan, mendirikan kemah-kemah, memberi minum unta, dan melayani saudara-saudara mereka yang sedang saum.
Ketika Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—melihat perbuatan mereka dan pelayanan kepada pasukan yang mereka lakukan, beliau memberi motivasi dan menjelaskan keutamaan mereka. Beliau bersabda, “Orang-orang yang tidak saum pergi membawa pahala hari ini.”
مَا يُؤۡخَذُ مِنَ الۡحَدِيثِ:
١- جَوَازُ الۡإِفۡطَارِ وَالصِّيَامِ فِي السَّفَرِ، لِأَنَّ النَّبِيَّ ﷺ أَقَرَّ كُلًّا عَلَى مَا هُوَ عَلَيۡهِ.
٢- مَا كَانَ عَلَيۡهِ الصَّحَابَةُ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُمۡ مِنۡ رِقَّةِ الۡحَالِ فِي الدُّنۡيَا، وَمَعَ ذٰلِكَ لَمۡ تَمۡنَعۡهُمۡ رِقَّةُ الۡحَالِ مِنِ ارۡتِكَابِ الصِّعَابِ فِي الۡجِهَادِ فِي سَبِيلِ اللهِ تَعَالَى.
٣- فَضۡلُ خِدۡمَةِ الۡإِخۡوَانِ وَالۡأَهۡلِ، وَأَنَّهَا مِنَ الدِّينِ وَمِنَ الرُّجُولَةِ الَّتِي سَبَقَنَا فِيهَا صَفۡوَةُ هٰذِهِ الۡأُمَّةِ، خِلَافًا لِفِعۡلِ كَثِيرٍ مِنَ الۡمُتَرَفِّعِينَ الۡمُتَكَبِّرِينَ.
٤- أَنَّ الۡفِطۡرَ فِي السَّفَرِ أَفۡضَلُ، لَا سِيَمَا إِذَا اقۡتَرَنَ بِذٰلِكَ مَصۡلَحَةٌ مِنَ التَّقَوِّي. عَلَى الۡأَعۡدَاءِ وَنَحۡوِهِ. فَإِنَّ فَائِدَةَ الصَّوۡمِ تَلۡزَمُ صَاحِبَهَا، أَمَّا فَائِدَةَ الۡإِفۡطَارِ فِي مِثۡلِ ذٰلِكَ الۡيَوۡمِ فَإِنَّهَا تَتَعَدَّى الۡمُفۡطِرَ إِلَى غَيۡرِهِ. وَمِنۡ هُنَا كَانَ الۡإِفۡطَارُ أَوۡلَى.
٥- حَثُّ الۡإِسۡلَامِ عَلَى الۡعَمَلِ وَتَرۡكِ الۡكَسَلِ، فَقَدۡ جَعَلَ لِلۡعَامِلِ نَصِيبًا كَبِيرًا مِنَ الۡأَجۡرِ، وَفَضَّلَهُ عَلَى الۡمُنۡقَطِعِ لِلۡعِبَادَةِ.
وَأَيۡنَ هٰذِهِ مِنَ النَّاعِقِينَ الَّذِينَ يَرَوۡنَهُ دِينًا عَائِقًا عَنِ الۡعَمَلِ وَالتَّقَدُّمِ وَالرَّقۡيِ؟! قَبَّحَهُمُ اللهُ، فَإِنَّهُمۡ يَهۡرِفُونَ بِمَا لَا يَعۡرِفُونَ.
Faedah hadis
1. Bolehnya tidak saum dan bolehnya saum ketika safar karena Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—menyetujui kedua kelompok tetap berada dalam keadaannya masing-masing.
2. Keadaan para sahabat—radhiyallahu ‘anhum—yang kondisi duniawinya memprihatinkan namun tidak menghalangi dari menempuh kesulitan dalam jihad di jalan Allah taala.
3. Keutamaan melayani saudara dan keluarga, serta bahwasanya hal ini termasuk agama dan sikap jantan yang kita telah didahului oleh umat pilihan ini. Hal ini berbeda dengan yang dilakukan oleh banyak orang sombong lagi takabur.
4. Tidak saum ketika safar lebih utama, terlebih ketika dibarengi adanya maslahat seperti memperkuat diri menghadapi musuh dan yang semisal itu. Karena faedah saum hanya untuk pelakunya, adapun faedah tidak saum di hari yang seperti itu dapat berguna untuk orang lain. Jadi dari sisi inilah, tidak saum lebih utama.
5. Islam menganjurkan untuk beramal dan meninggalkan kemalasan. Islam menjadikan bagian pahala yang banyak untuk orang yang beramal dan mengunggulkannya di atas orang yang hanya terfokus untuk ibadah.
Di mana kenyataan ini dari orang-orang yang berteriak yang menganggap Islam sebagai agama yang menghalangi dari beramal, kemajuan, dan peningkatan kualitas hidup? Semoga Allah menjelekkan mereka karena mereka mengigau dengan ucapan yang tidak mereka mengerti.
Be the first to leave a comment