Surah Al-Fatihah: Penamaan, Keistimewaan, dan Bidah yang Terkait dengannya

ismail  

Al-Fatihah berarti pembukaan. Mengapa surah Al-Fatihah dinamakan demikian? Apa keistimewaan surah ini? Bidah apa yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dengan surah ini?
Silakan baca penjelasan Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam pengantar tafsir beliau terhadap surah Al-Fatihah ini.

سورة الفاتحة سميت بذلك؛ لأنه افتتح بها القرآن الكريم؛ وقد قيل: إنها أول سورة نزلت كاملة.

Surah ini dinamakan dengan surah Al-Fatihah (Pembukaan) karena Al-Qur’an Al-Karim dimulai dengannya. Ada pula yang berpendapat bahwa surah ini adalah surah pertama yang diturunkan secara sempurna.

هذه السورة قال العلماء: إنها تشتمل على مجمل معاني القرآن في التوحيد، والأحكام، والجزاء، وطرق بني آدم، وغير ذلك؛ ولذلك سميت (أم القرآن)، والمرجع للشيء يسمى (أُمًّا).

Ulama berkata bahwa surah ini mengandung keumuman makna Al-Qur’an dalam perkara tauhid, hukum-hukum, pembalasan, jalan hidup yang ditempuh oleh manusia, dan selain itu. Oleh karenanya, surah Al-Fatihah dinamakan Ummul-Qur’an (induk Al-Qur’an). Tempat kembali segala sesuatu dinamakan umm (induk).

وهذه السورة لها مميزات تتميز بها عن غيرها؛ منها أنها ركن في الصلوات التي هي أفضل أركان الإسلام بعد الشهادتين؛ فلا صلاة لمن لم يقرأ بفاتحة الكتاب؛ ومنها أنها رقية إذا قرئ بها على المريض شُفي بإذن الله؛ لأن النبي ﷺ قال للذي قرأ على اللديغ، فبرأ: (وما يدريك أنها رقية).

Surah Al-Fatihah memiliki keistimewaan dari surah yang lain. Di antaranya adalah bahwa surah Al-Fatihah merupakan salah satu rukun dari rukun salat yang merupakan salah satu rukun Islam yang paling mulia setelah syahadat. Tidak sah salat orang yang tidak membaca surah Al-Fatihah. Termasuk keistimewaan surah Al-Fatihah adalah rukiah. Jika dibacakan kepada orang yang sakit, akan diberikan kesembuhan dengan izin Allah taala. Karena Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda kepada orang yang membacakan surah Al-Fatihah kepada kepala kampung yang tersengat, “Dari mana engkau tahu kalau surah Al-Fatihah bisa menjadi rukiah?”1 (HR Al-Bukhari nomor 2276 dan Muslim nomor 2201)

وقد ابتدع بعض الناس اليوم في هذه السورة بدعة، فصاروا يختمون بها الدعاء، ويبتدئون بها الُخطب، ويقرؤونها عند بعض المناسبات، وهذا غلط: تجده مثلاً إذا دعا ثم دعا قال لمن حوله: (الفاتحة)؛ يعني: اقرؤوا الفاتحة؛ وبعض الناس يبتدئ بها في خطبه أو في أحواله، وهذا أيضاً غلط؛ لأن العبادات مبناها على التوقيف، والاتِّباع.

Sebagian manusia pada hari ini membuat perkara-perkara yang baru terkait dengan surah Al-Fatihah. Mereka berdoa selalu mengakhiri dengan surah Al-Fatihah. Demikian pula ketika mereka hendak khotbah, mereka mulai dengan Al-Fatihah. Atau mereka membacanya pada sebagian acara yang mereka selenggarakan.

Ini adalah kesalahan. Engkau dapati ketika mereka berdoa, mereka katakan kepada orang yang di sekitarnya, “Bacalah Al-Fatihah!” Sebagian manusia memulai khotbah mereka dengan surah Al-Fatihah atau dalam acara yang mereka selenggarakan. Ini juga bentuk kekeliruan karena ibadah harus didasari oleh kepatuhan kepada rambu syariat dan meneladan Rasulullah.

Sumber: Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Juz ‘Amma, surah Al-Fatihah, karya Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin (wafat 1421 H) rahimahullah.

Be the first to leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *