Ghuluw, Sebab Kesesatan

ismail  

Syekh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah di dalam ceramah umum bertajuk Lamhah ‘anil Firaq Adh-Dhallah ditanya sebagai berikut,

السُّؤَالُ الۡأَوَّلُ: أَسۡبَابُ الۡغُلُوِّ فِي الدِّينِ

Soal pertama: Sebab-sebab berlebih-lebihan dalam agama

لَقَدۡ نَهَى اللهُ وَرَسُولُهُ ﷺ عَنِ الۡغُلُوِّ فِي الدِّينِ؛ فَهَلۡ سَبَبُ انۡحِرَافِ الۡفِرَقِ عَنۡ أَهۡلِ السُّنَّةِ وَالۡجَمَاعَةِ الۡغُلُوُّ؟ وَمَا أَمۡثِلَةُ ذٰلِكَ مِنَ الۡفِرَقِ؟

Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang ghuluw (berlebih-lebihan) dalam agama. Lalu apakah sebab penyimpangan kelompok-kelompok itu dari ahli sunah waljamaah adalah ghuluw? Apa ada contoh kelompok yang demikian? 

الۡجَوَابُ:

“الۡخَوَارِجُ” ظَاهِرٌ أَنَّ سَبَبَ انۡحِرَافِهِمۡ الۡغُلُوُّ فِي الدِّينِ؛ لِأَنَّهُمۡ تَشَدَّدُوا فِي الۡعِبَادَةِ عَلَى غَيۡرِ هُدَى وَبَصِيرَةٍ، وَأَطۡلَقُوا عَلَى النَّاسِ الۡكُفۡرَ عَنۡ غَيۡرِ بَصِيرَةٍ، لِأَنَّهُمۡ يُخَالِفُونَهُمۡ فِي مَذۡهَبِهِمۡ.

Jawab:

Khawarij jelas bahwa sebab penyimpangannya adalah berlebih-lebihan dalam agama karena mereka memberatkan diri dalam ibadah tanpa petunjuk dan ilmu. Mereka mengafirkan orang secara mutlak dengan tanpa ilmu karena orang-orang itu menyelisihi mazhab mereka.

فَلَا شَكَّ أَنَّ الۡغُلُوَّ فِي الدِّينِ هُوَ أَسَاسُ الۡبَلَاءِ، قَالَ – تَعَالَى -:

﴿قُلۡ يَـٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَـٰبِ لَا تَغۡلُوا۟ فِى دِينِكُمۡ غَيۡرَ ٱلۡحَقِّ﴾.

Maka, tidak ragu bahwa sikap berlebih-lebihan dalam agama adalah asas musibah ini. Allah taala berfirman yang artinya, “Katakanlah: Wahai ahli kitab, janganlah kalian berlebih-lebihan dalam agama kalian dengan cara yang tidak benar.” (QS. Al-Ma`idah: 77).

قَالَ ﷺ: (إِيَّاكُمۡ وَالۡغُلُوُّ؛ فَإِنَّمَا أَهۡلَكَ مَنۡ كَانَ قَبۡلَكُمۡ الۡغُلُوُّ).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Waspadalah kalian dari sikap berlebih-lebihan karena sikap berlebih-lebihan inilah yang membinasakan orang sebelum kalian.”[1] 

وَالۡغُلُوُّ فِي كُلِّ شَيۡءٍ هُوَ: الزِّيَادَةُ عَنِ الۡحَدِّ الۡمَطۡلُوبِ (وَكُلُّ شَيۡءٍ تَجَاوَزَ حَدَّهُ انۡقَلَبَ إِلَى ضِدِّهِ).

وَنَجِدُ أَنَّ “الۡمُعَطِّلَةَ لِلصِّفَاتِ” سَبَبُ انۡحِرَافِهِمۡ الۡغُلُوُّ فِي التَّنۡزِيهِ، وَسَبَبُ انۡحِرَافِ “الۡمُمَثِّلَةِ وَالۡمُشَبِّهَةِ” غُلُوُّهُمۡ فِي الۡإِثۡبَاتِ.

فَالۡغُلُوُّ بَلَاءٌ، وَالۡوَسَطُ وَالۡاِعۡتِدَالُ هُوَ الۡخَيۡرُ فِي كُلِّ الۡأُمُورِ.

فَلَا شَكَّ أَنَّ لِلۡغُلُوِّ دَوۡرًا فِي ضَلَالِ الۡفِرَقِ عَنِ الۡحَقِّ، كُلُّ غُلُوِّهِ بِحَسۡبِهِ.

Ghuluw dalam segala sesuatu artinya melebihi dari batasan yang ditentukan. Setiap yang melebihi batasannya akan berbalik ke arah lawannya.  Kita dapati bahwa orang-orang yang menolak sifat-sifat, sebab penyimpangan mereka adalah berlebih-lebihan dalam menyucikan Allah. Sebab penyimpangan orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk adalah sikap berlebih-lebihan mereka dalam menetapkan sifat Allah. Jadi ghuluw adalah musibah, sedangkan sikap pertengahan dan sedang adalah kebaikan dalam segala urusan. Jadi tidak diragukan bahwa ghuluw memiliki peran dalam kesesatan kelompok-kelompok itu dari kebenaran. Masing-masing sesuai dengan kadar ghuluw-nya.


[1] Diriwayatkan oleh Ahmad (1/215, 347), An-Nasa`i nomor 3057, Ibnu Majah nomor 3029, Ibnu Abu ‘Ashim nomor 102, Ibnu Khuzaimah (4/274), Ibnu Al-Jarud dalam Al-Muntaqa nomor 473, Ibnu Hibban nomor 1011, Ath-Thabarani dalam Al-Kabir nomor 12747, Al-Hakim (1/466), Al-Baihaqi (5/127), Abu Ya’la Al-Maushili (4/316, 357) dari hadis Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu.

Be the first to leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *