﷽
قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: ﴿وَٱلنَّٰزِعَٰتِ غَرۡقًا ١ وَٱلنَّٰشِطَٰتِ نَشۡطًا ٢ وَٱلسَّٰبِحَٰتِ سَبۡحًا ٣ فَٱلسَّٰبِقَٰتِ سَبۡقًا ٤ فَٱلۡمُدَبِّرَٰتِ أَمۡرًا ٥ يَوۡمَ تَرۡجُفُ ٱلرَّاجِفَةُ ٦ تَتۡبَعُهَا ٱلرَّادِفَةُ ٧ قُلُوبٌ يَوۡمَئِذٍ وَاجِفَةٌ ٨ أَبۡصَٰرُهَا خَٰشِعَةٌ ٩ يَقُولُونَ أَءِنَّا لَمَرۡدُودُونَ فِى ٱلۡحَافِرَةِ ١٠ أَءِذَا كُنَّا عِظَٰمًا نَّخِرَةً ١١ قَالُوا۟ تِلۡكَ إِذًا كَرَّةٌ خَاسِرَةٌ ١٢ فَإِنَّمَا هِىَ زَجۡرَةٌ وَٰحِدَةٌ ١٣ فَإِذَا هُم بِٱلسَّاهِرَةِ﴾ [النازعات: ١-١٤].
Allah—‘azza wa jalla—berfirman:
- Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras,
- dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut,
- dan (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat,
- dan (malaikat-malaikat) yang mendahului dengan kencang,
- dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia).
- (Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncang alam,
- tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua.
- Hati manusia pada waktu itu sangat takut,
- Pandangannya tunduk.
- (Orang-orang kafir) berkata: “Apakah sesungguhnya kami benar-benar dikembalikan kepada kehidupan semula?
- Apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami telah menjadi tulang belulang yang hancur lumat?”
- Mereka berkata: “Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan.”
- Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah satu kali tiupan saja,
- maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.
البسملة تقدم الكلام عليها.
Basmalah telah berlalu pembicaraannya.
Ayat 1-2
﴿وَٱلنَّٰزِعَٰتِ﴾؛ يعني: الملائكة الموكلة بقبض أرواح الكفار تنزعها ﴿غَرۡقًا﴾؛ أي: نزعًا بشدة.
“Wan-Nāzi’āt” yakni malaikat yang ditugaskan untuk mencabut nyawa orang-orang kafir. Mereka mencabutnya dengan “garqā”, artinya mencabut dengan keras.
﴿وَٱلنَّٰشِطَٰتِ نَشۡطًا﴾؛ يعني: الملائكة الموكلة بقبض أرواح المؤمنين، تنشطها نشطًا، أي: تسلها برفق كالأنشوطة، والأنشوطة: الربط الذي يسمونه عندنا (التكة) أو ما أشبه ذلك من الكلمات؛ يعني: يكون ربطًا بحيث إذا سللت أحد الطرفين انفكت العقدة، وهذا ينحل بسرعة وبسهولة، فهؤلاء الملائكة الموكلة بقبض أرواح المؤمنين تنشطها نشطًا؛ أي: تسلها برفق، وسبب ذلك أن الملائكة الموكلة بقبض أرواح الكفار إذا دعت الروح إلى الخروج تناديها بأقبح الأوصاف، تقول الملائكة لروح الكافر: اخرجي أيتها النفس الخبيثة التي كانت في الجسد الخبيث، اخرجي إلى غضب الله. فتنفر الروح لا تريد أن تخرج إلى هذا، وتتفرق في الجسد حتى يقبضوها بشدة، وينزعوها نزعًا يكاد يتمزق الجسد منها من شدة النزع.
“Wan-Nāsyiṭati nasyṭā” adalah para malaikat yang ditugaskan mencabut roh-roh orang mukmin. Mereka mencabutnya dengan lemah lembut artinya mereka melepaskannya dengan lembut seperti melepas unsyuthah. Unsyuthah adalah simpul hidup yang di tempat kami dinamakan at-tikkah (tali kolor) atau istilah lain yang menyerupai itu. Yakni simpul yang bila ditarik dari salah satu ujungnya, ikatan akan terlepas. Simpul ini bisa lepas dengan cepat dan mudah.
Mereka adalah malaikat yang ditugaskan untuk mencabut roh-roh orang yang mukmin dengan lembut yaitu melepaskannya dengan lemah lembut.
Penyebab malaikat mencabut roh orang kafir dengan keras adalah malaikat yang ditugaskan mencabut roh-roh orang kafir, jika memanggil roh orang kafir untuk keluar dari badannya, mereka akan memanggil dengan panggilan yang buruk. Malaikat akan mengatakan kepada roh orang kafir: Keluarlah wahai jiwa yang buruk yang berada di dalam tubuh yang jelek, keluarlah menuju kemurkaan Allah!
Lalu roh itu kabur dan tidak ingin keluar menuju kemurkaan Allah. Roh itu akan menyebar di dalam jasad sampai mencengkeram dengan kuat, maka malaikat akan mencabutnya dengan keras hingga jasadnya hampir terkoyak karenanya saking kerasnya pencabutan itu.
أما أرواح المؤمنين -جعلني الله وإياكم منهم- فإن الملائكة إذا نزلت لقبضها تبشرها: أخرجي يا أيتها النفس الطيبة التي كانت في الجسد الطيب، أخرجي إلى رضوان الله. فيهون عليها أن تفارق جسدها الذي ألفته، فتخرج بسهولة؛ ولهذا لما قال النبي عليه الصلاة والسلام: (مَنۡ أَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ أَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ، وَمَنۡ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ كَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ)، قالت عائشة: يا رسول الله، إنَّا لنكره الموت. فقال: (لَيۡسَ ذَاكِ، وَلَكِنَّ الۡمُؤۡمِنَ إِذَا حَضَرَهُ الۡمَوۡتُ بُشِّرَ بِرُضۡوَانِ اللهِ وَكَرَامَتِهِ، فَلَيۡسَ شَيۡءٌ أَحَبَّ إِلَيۡهِ مِمَّا أَمَامَهُ، فَأَحَبَّ لِقَاءَ اللهِ وَأَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ)؛ لأنه في تلك اللحظة يرى أنه سينتقل إلى دار أحسن من الدار التي فارقها؛ فيفرح كما يفرح أحدنا إذا قيل له: أخرج من بيت الطين إلى بيت المسلح القصر المشيد الطيب، فيفرح فيحب لقاء الله، والكافر -والعياذ بالله- بالعكس إذا بشر بالغضب والعذاب فإنه يكره أن يموت، يكره لقاء الله فيكره الله لقاءه.
Adapun roh-roh orang yang mukmin—semoga Allah menjadikan aku dan kalian termasuk mereka—, malaikat yang turun untuk mencabutnya akan memberi kabar gembira: Keluarlah wahai jiwa yang baik yang berada di dalam jasad yang baik! Keluarlah menuju keridaan Allah!
Roh itu akan merasa ringan untuk berpisah dengan jasad yang sudah biasa bersamanya, sehingga dia mudah keluar. Oleh karenanya, ketika Nabi—shallallahu ‘alaihi wa sallam—bersabda, “Barang siapa yang senang berjumpa dengan Allah, niscaya Allah akan senang berjumpa dengannya. Barang siapa benci berjumpa dengan Allah, niscaya Allah akan benci berjumpa dengannya.”
‘Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami membenci kematian.”
Nabi berkata, “Bukan itu yang dimaksud. Tetapi seorang mukmin apabila kematian menghampirinya, dia diberi kabar gembira tentang keridaan dan kebaikan Allah, sehingga tidak ada sesuatu pun yang lebih dia cintai daripada apa yang ada di hadapannya, maka diapun mencintai perjumpaan dengan Allah dan Allah senang berjumpa dengannya.” (HR Al-Bukhari nomor 6507 dan Muslim nomor 2683)
Karena seorang mukmin pada saat itu melihat bahwa dia akan berpindah menuju ke rumah yang lebih baik daripada rumah yang akan dia tinggalkan, sehingga dia bergembira sebagaimana salah satu dari kita bergembira ketika dikatakan: Keluarlah dari rumah yang terbuat dari tanah ke benteng istana yang tinggi lagi bagus!
Dia akan bergembira dan senang bertemu Allah.
Orang kafir—kita berlindung kepada Allah—sebaliknya. Ketika diberi kabar dengan kemurkaan dan azab, dia membenci kematiannya. Dia benci berjumpa Allah sehingga Allah benci berjumpa dengannya.
Ayat 3
﴿وَٱلسَّٰبِحَٰتِ سَبۡحًا﴾ هي الملائكة تسبح بأمر الله؛ أي: تسرع فيه كما يسرع السابح في الماء، وكما قال تعالى عن الشمس والقمر والليل والنهار: ﴿كُلٌّ فِى فَلَكٍ يَسۡبَحُونَ﴾ [الأنبياء: ٣٣]، فالمعنى أنها تسبح بأمر الله عز وجل على حسب ما أراد الله سبحانه وتعالى، وهم -أي: الملائكة- أقوى من الجن، والجن أقوى من البشر.
“Was-Sābiḥāti sabḥā” adalah para malaikat yang beredar melaksanakan perintah Allah. Artinya mereka beredar dengan cepat sebagaimana cepatnya orang yang berenang di dalam air. Sebagaimana Allah taala berfirman tentang matahari, bulan, malam, dan siang, “Masing-masing beredar di dalam garis edarnya.” (QS Al-Anbiya’: 33)
Maknanya mereka beredar melaksanakan perintah Allah sesuai kehendak Allah—subhanahu wa ta’ala—.
Para malaikat lebih kuat daripada jin dan jin lebih kuat daripada manusia.
انظر إلى قوله تعالى عن سليمان عليه السلام: ﴿ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَؤُا۟ أَيُّكُمۡ يَأۡتِينِى بِعَرۡشِهَا قَبۡلَ أَن يَأۡتُونِى مُسۡلِمِينَ ٣٨ قَالَ عِفۡرِيتٌ مِّنَ ٱلۡجِنِّ أَنَا۠ ءَاتِيكَ بِهِۦ قَبۡلَ أَن تَقُومَ مِن مَّقَامِكَ ۖ وَإِنِّى عَلَيۡهِ لَقَوِىٌّ أَمِينٌ ٣٩ قَالَ ٱلَّذِى عِندَهُۥ عِلۡمٌ مِّنَ ٱلۡكِتَٰبِ أَنَا۠ ءَاتِيكَ بِهِۦ قَبۡلَ أَن يَرۡتَدَّ إِلَيۡكَ طَرۡفُكَ ﴾؛ يعني: إذا مددت طرفك ثم رجعته فقبل أن يرجع إليك آتيك به ﴿فَلَمَّا رَءَاهُ مُسۡتَقِرًّا عِندَهُۥ﴾ في الحال رآه مستقرًّا عنده ﴿قَالَ هَٰذَا مِن فَضۡلِ رَبِّى لِيَبۡلُوَنِىٓ ءَأَشۡكُرُ أَمۡ أَكۡفُرُ﴾ [النمل: ٣٨-٤٠].
Perhatikan firman Allah taala tentang Sulaiman—‘alaihis salam—:
“Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri?”
‘Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin berkata, “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.”
Seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab berkata, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Yakni ketika engkau mengedipkan mata kemudian engkau buka kembali, maka sebelum engkau buka matamu kembali, aku akan datang membawanya kepadamu.
“Tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya”. Dalam keadaan Sulaiman melihat singgasana sudah terletak di hadapannya, “Iapun berkata: Ini termasuk karunia Rabku untuk mengujiku apakah aku mensyukuri atau mengingkari (nikmat-Nya).” (QS An-Naml: 38-40)
قال العلماء: إنه حملته الملائكة حتى جاءت به إلى سليمان من اليمن -وسليمان بالشام- بلحظة، فدل هذا على أن قوة الملائكة أشد بكثير من قوة الجن، وقوة الجن أشد من بني آدم؛ لأنه لا يستطيع أحد من بني آدم أن يأتي بعرش ملكة سبأ من اليمن إلى الشام إلا بمدة طويلة، فالحاصل أن الملائكة تسبح بأمر الله عز وجل بما يأمرها به.
Ulama berkata: Yang mengangkut singgasana itu adalah malaikat sehingga membawanya kepada Sulaiman dari Yaman—Sulaiman di Syam—dalam sekejap mata. Ini menunjukkan bahwa kekuatan malaikat jauh di atas kekuatan jin dan kekuatan jin di atas bani Adam karena tidak ada satu pun manusia yang mampu membawa arasy Ratu Saba` dari Yaman ke Syam kecuali dalam waktu yang lama. Kesimpulannya, malaikat beredar dengan perintah Allah—‘azza wa jalla—melaksanakan perintah Allah kepadanya.
Ayat 4
﴿ فَٱلسَّٰبِقَٰتِ سَبۡقًا﴾ أيضًا هي الملائكة تسبق إلى أمر الله عز وجل؛ ولهذا كانت الملائكة أسبق إلى أمر الله وأقوم بأمر الله من بني آدم، قال الله تعالى في وصف ملائكة النار: ﴿عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ﴾ [التحريم: ٦]، وقال عز وجل: ﴿وَمَنۡ عِندَهُۥ لَا يَسۡتَكۡبِرُونَ عَنۡ عِبَادَتِهِۦ وَلَا يَسۡتَحۡسِرُونَ ١٩ يُسَبِّحُونَ ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّهَارَ لَا يَفۡتُرُونَ﴾ [الأنبياء: ١٩، ٢٠]، فهم سباقون إلى أمر الله عز وجل بما يأمرهم، لا يعصونه ما أمرهم، ويفعلون ما يؤمرون؛ لقوتهم وقدرتهم على فعل أوامر الله عز وجل.
Demi malaikat-malaikat yang mendahului dengan kencang. Mereka malaikat yang cepat melaksanakan perintah Allah—‘azza wa jalla—. Oleh karenanya, malaikat adalah makhluk yang lebih cepat dan lebih mampu melaksanakan perintah Allah daripada bani Adam.
Allah taala menyifati malaikat neraka berkata, “Neraka dijaga oleh malaikat yang keras lagi kaku. Mereka tidak mendurhakai perintah Allah dan mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At-Tahrim: 6).
Allah—‘azza wa jalla—berfirman, “Para malaikat yang di sisi-Nya, mereka tidak sombong untuk beribadah kepada-Nya dan tidak pula merasa letih. Mereka bertasbih pada malam dan siang hari terus-menerus.” (QS Al-Anbiya’: 19-20).
Mereka makhluk yang paling cepat dalam melaksanakan perintah Allah. Mereka tidak mendurhakai perintah Allah kepada mereka dan mereka melaksanakan perintah-perintah Allah, karena kekuatan dan kemampuan mereka untuk melaksanakan perintah Allah—‘azza wa jalla.
Ayat 5
﴿فَٱلۡمُدَبِّرَٰتِ أَمۡرًا﴾ أيضًا وصف للملائكة تدبر الأمر، وهو واحد الأمور؛ يعني أمور الله عز وجل لها ملائكة تدبرها حسب أمره، فجبرائيل موكل بالوحي يتلقاه من الله وينزل به على الرسل، وإسرافيل موكل بنفخ الصور الذي يكون عند يوم القيامة ينفخ في الصور فيفزع الناس ويموتون، ثم ينفخ فيه أخرى فيبعثون، وميكائيل موكل بالقطر وبالمطر والنبات، وملك الموت موكل بالأرواح، ومالك موكل بالنار، ورضوان موكل بالجنة، وعن اليمين وعن الشمال قعيد موكل بالأعمال، وملائكة موكلون بحفظ أعمال بني آدم، كلٌّ يدبر ما أمره الله عز وجل به.
“Demi malaikat-malaikat yang mengatur urusan dunia”. Ini adalah sifat malaikat yaitu mengatur urusan. Amr adalah bentuk tunggal dari kata umūr yaitu urusan Allah—‘azza wa jalla—yang memiliki malaikat yang mengaturnya sesuai perintah-Nya.
Jibril ditugaskan menyampaikan wahyu dari Allah dan turun membawanya kepada para rasul.
Israfil ditugaskan meniup sangkakala yang dilakukan menjelang hari kiamat. Dia meniup sangkakala lalu manusia terkejut dan mati. Kemudian meniup satu tiupan lain lalu mereka bangkit.
Malaikat Mikail ditugaskan menurunkan embun dan hujan, menumbuhkan tanaman. Malaikat maut ditugaskan mencabut roh-roh. Malik ditugaskan dengan neraka. Ridwan ditugaskan dengan janah. Malaikat di sebelah kanan dan kiri yang duduk ditugaskan mencatat amalan. Dan ada malaikat yang ditugaskan mencatat amalan bani Adam. Semuanya mengatur urusan yang diperintahkan oleh Allah—‘azza wa jalla—.
فهذه الأوصاف كلها أوصاف للملائكة على حسب أعمالهم، وأقسم الله سبحانه وتعالى بالملائكة؛ لأنهم من خير المخلوقات، ولا يقسم الله سبحانه وتعالى بشيء إلا وله شأن عظيم؛ إما في ذاته، وإما لكونه من آيات الله عز وجل.
Semua sifat tadi adalah sifat-sifat untuk malaikat sesuai tugas mereka. Allah—subhanahu wa ta’ala—bersumpah dengan malaikat karena mereka adalah di antara makhluk yang terbaik. Tidaklah Allah—subhanahu wa ta’ala—bersumpah dengan sesuatu melainkan sesuatu itu memiliki kedudukan yang agung, bisa jadi pada zatnya atau bisa karena keberadaannya sebagai salah satu tanda kekuasaan Allah—‘azza wa jalla.
Ayat 6-7
ثم قال تعالى: ﴿يَوۡمَ تَرۡجُفُ ٱلرَّاجِفَةُ ٦ تَتۡبَعُهَا ٱلرَّادِفَةُ﴾، هذه ﴿يَوۡمَ تَرۡجُفُ﴾ متعلقة بمحذوف، والتقدير: أذكر يا محمد وذكّر الناس بهذا اليوم العظيم: ﴿يَوۡمَ تَرۡجُفُ ٱلرَّاجِفَةُ ٦ تَتۡبَعُهَا ٱلرَّادِفَةُ﴾، وهما النفختان في الصور، النفخة الأولى ترجف الناس ويفزعون، ثم يموتون عن آخرهم إلا من شاءالله، والنفخة الثانية يبعثون من قبورهم، فيقوم الناس من قبورهم مرة واحدة، قال الله تعالى: ﴿فَإِنَّمَا هِىَ زَجۡرَةٌ وَٰحِدَةٌ ١٣ فَإِذَا هُم بِٱلسَّاهِرَةِ﴾ [النازعات: ١٣-١٤].
Kemudian Allah taala berfirman, “Pada hari ketika tiupan pertama menggoncangkan alam. Diiringi dengan tiupan kedua.”
Lafaz “yauma tarjufu” terkait dengan potongan kalimat yang dihilangkan. Asumsinya adalah: Ingatlah wahai Muhammad dan peringatkan manusia akan hari yang agung ini, yaitu “hari ketika tiupan pertama menggoncangkan alam. Diiringi dengan tiupan kedua.”
Peniupan sangkakala terjadi dua kali. Tiupan pertama menggoncang manusia. Mereka terkejut dan mati sampai manusia terakhir kecuali yang dikehendaki oleh Allah.
Tiupan yang kedua, mereka akan dibangkitkan dari kubur mereka lalu manusia akan bangkit dari kubur mereka dalam satu waktu. Allah taala berfirman, “Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.” (QS An-Nazi’at: 13-14).
Ayat 8-12
إذا رجفت الراجفة وتبعتها الرادفة انقسم الناس إلى قسمين: ﴿قُلُوبٌ يَوۡمَئِذٍ وَاجِفَةٌ ٨ أَبۡصَٰرُهَا خَٰشِعَةٌ ٩ يَقُولُونَ أَءِنَّا لَمَرۡدُودُونَ فِى ٱلۡحَافِرَةِ ١٠ أَءِذَا كُنَّا عِظَٰمًا نَّخِرَةً ١١ قَالُوا۟ تِلۡكَ إِذًا كَرَّةٌ خَاسِرَةٌ﴾ وهذه قلوب الكفار.
Ketika tiupan pertama menggoncang, diikuti dengan tiupan kedua, manusia terbagi menjadi dua golongan: “Hati-hati pada hari itu sangat takut. Pandangannya tunduk. Mereka berkata: Apakah kami akan dikembalikan kepada kehidupan yang semula? Apakah (kami akan dibangkitkan) padahal kami sudah menjadi tulang yang hancur? Mereka berkata: Jika demikian, itu adalah pengembalian yang merugikan.” Ini adalah hati orang-orang kafir.
﴿وَاجِفَةٌ﴾؛ أي: خائفة خوفًا شديدًا.
“Wājifah” artinya sangat takut.
﴿أَبۡصَٰرُهَا خَٰشِعَةٌ﴾؛ يعني: ذليلة لا تكاد تحدق أو تنظر بقوة، ولكنه قد غضت أبصارهم -والعياذ بالله- لذلهم، قال الله تعالى: ﴿وَتَرَىٰهُمۡ يُعۡرَضُونَ عَلَيۡهَا خَٰشِعِينَ مِنَ ٱلذُّلِّ يَنظُرُونَ مِن طَرۡفٍ خَفِىٍّ﴾ [الشورى: ٤٥].
“Pandangannya tunduk” yakni hina, hampir-hampir tidak mampu memandang dengan kuat. Pandangan mereka tunduk—wal ‘iyadzu billah—karena kehinaan mereka.
Allah taala berfirman, “Engkau melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam keadaan tunduk karena (merasa) hina. Mereka memandangnya dengan pandangan yang lesu.” (QS Asy-Syura: 45).
وأما القسم الثاني فقلوبهم على عكس قلوب هؤلاء، ويدل لهذا التقسيم قوله: ﴿قُلُوبٌ يَوۡمَئِذٍ﴾ بصيغة النكرة، فيكون المعنى: وقلوب على عكس ذلك.
Adapun jenis kedua, hatinya berlawanan dengan hati jenis pertama. Yang menunjukkan pembagian ini adalah firman Allah, “Qulūbun yauma’iżin” dengan bentuk nakirah (umum) sehingga bermakna: dan ada pula hati-hati yang berlawanan dengannya.
Ayat 13-14
﴿فَإِنَّمَا هِىَ زَجۡرَةٌ وَٰحِدَةٌ ١٣ فَإِذَا هُم بِٱلسَّاهِرَةِ﴾ زجرة من الله عز وجل، يزجرون ويصاح بهم، فيقومون من قبورهم قيام رجل واحد على ظهر الأرض بعد أن كانوا في بطنها، قال الله تبارك وتعالى: ﴿إِن كَانَتۡ إِلَّا صَيۡحَةً وَٰحِدَةً فَإِذَا هُمۡ جَمِيعٌ لَّدَيۡنَا مُحۡضَرُونَ﴾ [يس: ٥٣]، كل الخلق في هذه الكلمة الواحدة يخرجون من قبورهم أحياء، ثم يحضرون إلى الله عز وجل؛ ليجازيهم؛ ولهذا قال: ﴿فَإِنَّمَا هِىَ زَجۡرَةٌ وَٰحِدَةٌ ١٣ فَإِذَا هُم بِٱلسَّاهِرَةِ﴾، وهذا كقوله تعالى: ﴿وَمَآ أَمۡرُنَآ إِلَّا وَٰحِدَةٌ كَلَمۡحِۭ بِٱلۡبَصَرِ﴾ [القمر: ٥٠]؛ يعني: أنَّ الله إذا أراد شيئًا إنما يقول له: (كن) مرة واحدة فقط فيكون، ولا يتأخر هذا عن قول الله لحظة ﴿إِلَّا وَٰحِدَةٌ كَلَمۡحِۭ بِٱلۡبَصَرِ﴾، والله عز وجل لا يعجزه شيء.
“Pengembalian itu hanya satu tiupan saja, lalu dengan serta-merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.” Pengembalian dari Allah—‘azza wa jalla—. Sangkakala ditiup dengan suara yang sangat keras dan memekakkan telinga hingga mereka bangkit dari kubur mereka secara serempak berdiri di atas permukaan bumi setelah tadinya mereka di dalam bumi.
Allah—tabaraka wa ta’ala—berfirman, “Tidaklah itu kecuali satu teriakan saja lalu tiba-tiba mereka semua dikumpulkan kepada Kami.” (QS Yasin: 53).
Semua makhluk akan keluar hidup dari kubur mereka dengan satu kata ini, kemudian mereka hadir di hadapan Allah—‘azza wa jalla—untuk Allah balas mereka.
Oleh karenanya, Allah berkata, “Pengembalian itu hanya satu tiupan saja, lalu dengan serta-merta mereka hidup kembali di permukaan bumi.”
Ini seperti firman Allah taala, “Tidaklah perintah Kami kecuali satu perkataan seperti kejapan mata.” (QS Al-Qamar: 50).
Yakni bahwa apabila Allah menghendaki sesuatu, Dia hanya mengatakan: Kun (jadilah)! Satu kali saja lalu terwujudlah. Hal ini tidak tertunda sejenak saja dari ucapan Allah, “kecuali satu perkataan seperti kejapan mata” dan tidak ada sesuatu pun yang bisa melemahkan Allah—‘azza wa jalla—.
فإذا كان الخلق كلهم يقومون من قبورهم لله عز وجل بكلمة واحدة، فهذا أدل دليل على أن الله تعالى على كل شيء قدير، وأن الله لا يعجزه شيء في السماوات ولا في الۡأرض، كما قال تعالى: ﴿وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعۡجِزَهُۥ مِن شَىۡءٍ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَلَا فِى ٱلۡأَرۡضِ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ عَلِيمًا قَدِيرًا﴾ [فاطر: ٤٤].
Ketika seluruh makhluk bangkit dari kubur mereka untuk Allah—‘azza wa jalla—dengan satu perkataan, ini adalah dalil paling kuat bahwa Allah taala Maha Kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang bisa melemahkan-Nya sebagaimana Allah taala berfirman, “Tidak ada sesuatu di langit dan di bumi yang bisa melemahkan Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS Fatir: 44).
Sumber: Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Juz ‘Amma, surah An-Nazi’at, karya Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin (wafat 1421 H) rahimahullah
Be the first to leave a comment