أعمال مناسك العمرة
الحمد لله وحده، وبعد، فهذه نبذة مختصرة عن أعمال مناسك العمرة وإلى القارئ بيان ذلك:
Segala puji bagi Allah semata. Amabakdu, ini adalah ikhtisar singkat tentang amalan manasik umrah. Berikut ini kami hadirkan penjelasannya kepada pembaca:
إذا وصل من يريد العمرة إلى الميقات استحب له أن يغتسل ويتنظف وهكذا تفعل المرأة ولو كانت حائضًا أو نفساء، غير أنها لا تطوف بالبيت حتى تطهر وتغتسل. ويتطيب الرجل في بدنه دون ملابس إحرامه، فإن لم يتيسر الاغتسال في الميقات فلا حرج ويستحب أن يغتسل إذا وصل مكة قبل الطواف إذا تيسر ذلك.
Jika seseorang yang hendak umrah tiba di mikat, dianjurkan untuk mandi dan membersihkan diri. Hal yang sama berlaku bagi seorang wanita, meskipun sedang haid atau nifas, hanya saja ia tidak melakukan tawaf mengelilingi Ka’bah sampai ia suci dan mandi.
Seorang pria boleh menggunakan wewangian pada tubuhnya, tetapi tidak pada pakaian ihramnya. Jika tidak memungkinkan untuk mandi di mikat, itu tidak mengapa dan dianjurkan untuk mandi setelah tiba di Makkah sebelum melakukan tawaf jika memungkinkan.
يتجرد الرجل من جميع الملابس المخيطة ويلبس إزارًا ورداءً، ويستحب أن يكونا أبيضين نظيفين. أما المرأة فتحرم في ملابسها العادية1ما عدا النقاب والبرقع والقفازين فتخلعها وتغطي وجهها وكفيها عن الرجال غير المحارم بغيرها من الملابس التي ليس فيها زينة ولا شهرة.
Pria melepas semua pakaian yang dijahit (yakni pakaian yang dibuat menyesuaikan anggota tubuh) dan mengenakan izar (kain yang disarungkan ke tubuh bagian bawah) dan rida’ (kain yang diselimutkan ke tubuh bagian atas). Keduanya disukai berwarna putih dan bersih.
Seorang wanita berihram dengan pakaian sehari-harinya2Kecuali nikab, burkak, dan sarung tangan, ia harus melepasnya dan menutupi wajah dan tangannya dari laki-laki non-mahram dengan pakaian lain. yang tidak ada hiasannya dan tidak ada unsur ketenaran.
ثم ينوي الدخول في النسك بقلبه ويتلفظ بلسانه قائلًا: “لبيك عمرة” أو “اللهم لبيك عمرة” وإن خاف المحرم ألا يتمكن من أداء نسكه لكونه مريضًا أو خائفًا من عدو ونحوه شرع له أن يشترط عند إحرامه فيقول: «فإن حبسني حابس فمحلي حيث حبستني» لحديث ضباعة بنت الزبير رضي الله عنها.
Kemudian ia berniat masuk ke dalam ritual dengan hatinya dan mengucapkan dengan lisannya dengan mengatakan:
لَبَّيۡكَ عُمۡرَةً
“Labbaika ‘umrah (Aku siap memenuhi panggilan-Mu untuk umrah)” atau
اللّٰهُمَّ لَبَّيۡكَ عُمۡرَةً
“Allāhumma labbaika ‘umrah (Ya Allah, aku siap memenuhi panggilan-Mu untuk umrah).”
Jika seorang muhrim khawatir tidak dapat menunaikan ritualnya karena sakit atau takut terhadap musuh atau penyebab lain semisal itu, maka disyariatkan baginya untuk menetapkan syarat ketika ia masuk ke dalam keadaan ihram, dengan mengatakan, “Jika aku terhalang untuk menyelesaikan ritual, maka tempat tahalulku adalah di tempat aku terhalang,” berdasarkan hadis Dhuba’ah binti Az-Zubair radhiyallahu ‘anha3 HR Muslim nomor 1207, 1208; Ibnu Majah nomor 2936, 2937, dan 2938.
ثم يلبي بتلبية النبي ﷺ وهي: لبيك اللهم لبيك، لبيك لا شريك لك لبيك، إن الحمد والنعمة لك والملك، لا شريك لك ويكثر من هذه التلبية ومن ذكر الله سبحانه ودعائه حتى يصل إلى البيت “الكعبة”.
Kemudian ia mengucapkan talbiah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi:
لَبَّيۡكَ اللّٰهُمَّ لَبَّيۡكَ، لَبَّيۡكَ لَا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيۡكَ، إِنَّ الۡحَمۡدَ وَالنِّعۡمَةَ لَكَ وَالۡمُلۡكَ، لَا شَرِيكَ لَكَ
“Labbaikallāhumma labbaīk, labbaika lā syarīka laka labbaīk, innal-ḥamda wan-ni’mata laka wal-mulk, lā syarīka lak (Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala pujian, karunia, dan kerajaan adalah milik-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu).”4HR Muslim nomor 1184; At-Tirmidzi nomor 825 dan 826.
Ia mengulang-ulang talbiah ini, berzikir, dan berdoa kepada Allah subhanah hingga ia tiba di Baitullah (Ka’bah).
فإذا وصل إلى المسجد الحرام قدم رجله اليمنى عند الدخول وقال: بسم الله والصلاة والسلام على رسول الله أعوذ بالله العظيم وبوجهه الكريم وسلطانه القديم من الشيطان الرجيم اللهم افتح لي أبواب رحمتك.
Setibanya di Masjidilharam, ia mendahulukan kaki kanannya ketika masuk dan berdoa:
بِسۡمِ اللهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللهِ، أَعُوذُ بِاللهِ الۡعَظِيمِ وَبِوَجۡهِهِ الۡكَرِيمِ وَسُلۡطَانِهِ الۡقَدِيمِ مِنَ الشَّيۡطَانِ الرَّجِيمِ، اللّٰهُمَّ افۡتَحۡ لِي أَبۡوَابَ رَحۡمَتِكَ
“Bismillāhi waṣ-ṣalātu was-salām ‘ala rasūlillāh, a’ūżu billāhil-‘aẓīm wa bi wajhihil-karīm wa sulṭānihil-qadīm minasy-syaiṭānir-rajīm, allāhummaftaḥ lī abwāba raḥmatik (Dengan nama Allah, selawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah. Aku berlindung kepada Allah yang Maha Agung, kepada wajah-Nya yang mulia, dan kepada kekuasaan-Nya yang kadim, dari godaan setan yang terkutuk. Ya Allah, bukakanlah untukku pintu-pintu rahmat-Mu).”
فإذا وصل إلى البيت قطع التلبية ثم قصد الحجر الأسود واستقبله ثم يستلمه بيمينه ويقبله إن تيسر ذلك ولا يؤذي الناس بالمزاحمة، ويقول عند استلامه: “بسم الله والله أكبر” فإن شق عليه التقبيل استلمه بيده أو بعصا أو نحوها وقبل ما استلمه به فإن شق استلامه أشار إليه وقال: ” الله أكبر” ولا يقبل ما يشير به.
ويشترط لصحة الطواف أن يكون الطائف على طهارة من الحدث الأصغر والأكبر؛ لأن الطواف مثل الصلاة غير أنه رخص فيه في الكلام.
Sesampainya di Baitullah, dia berhenti membaca talbiah, lalu menghadap hajar Aswad, menyentuhnya dengan tangan kanan, dan menciumnya jika memungkinkan, tanpa mengganggu orang lain dengan berdesakan. Ketika menyentuhnya, dia mengucapkan,
بِسۡمِ اللهِ وَاللهُ أَكۡبَرُ
“Bismillāhi wallāhu akbar (Dengan menyebut nama Allah, Allah Maha Besar).”
Jika menciumnya terasa sulit, dia menyentuhnya dengan tangan, tongkat, atau benda serupa, lalu mencium benda yang digunakan untuk menyentuhnya. Jika menyentuhnya terasa sulit, dia memberi isyarat (dengan tangan kanan) kepadanya dan mengucapkan, “Allahu Akbar (Allah Maha Besar),” dan tidak mencium (tangan) yang digunakan untuk melakukan isyarat.
Agar tawaf dianggap sah, maka disyaratkan bagi orang yang tawaf harus dalam keadaan suci, bersih dari hadas, baik kecil maupun besar. Karena tawaf sama seperti salat, hanya saja dibolehkan berbicara saat tawaf.
يجعل البيت عن يساره ويطوف به سبعة أشواط، وإذا حاذى الركن اليماني استلمه بيمينه إن تيسر ويقول: “بسم الله والله أكبر” ولا يقبله، فإن شق عليه استلامه تركه ومضى في طوافه ولا يشير إليه ولا يكبر؛ لأن ذلك لم ينقل عن النبي ﷺ.
Ia menempatkan diri sehingga Baitullah di sebelah kirinya dan tawaf sebanyak tujuh putaran. Sesampainya di pojok Yamani, ia menyentuhnya dengan tangan kanannya jika memungkinkan dan mengucapkan:
بِسۡمِ اللهِ وَاللهُ أَكۡبَرُ
“Bismillāhi wallāhu akbar (Dengan menyebut nama Allah, Allah Maha Besar).”
Ia tidak menciumnya. Jika sulit disentuh, ia meninggalkannya dan melanjutkan tawaf tanpa memberi isyarat kepadanya dan tanpa bertakbir karena hal itu tidak diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
أما الحجر السود فكلما حاذاه استلمه وقبله كما ذكرنا سابقًا وإلا أشار إليه وكبر. ويستحب الرمل -وهو الإسراع في المشي مع تقارب الخطى- في الثلاثة الأشواط الأولى من طواف القدوم للرجل خاصة.
Adapun hajar Aswad, setiap kali sejajar dengannya, hendaknya menyentuh dan menciumnya sebagaimana disebutkan sebelumnya; jika tidak, hendaknya memberi isyarat kepadanya dan bertakbir. Dianjurkan untuk melakukan raml (jalan cepat dengan langkah pendek) selama tiga putaran pertama tawaf qudum (tawaf kedatangan) khususnya bagi pria.
كما يستحب للرجل أن يضطبع في طواف القدوم في جميع الأشواط، والاضطباع: أن يجعل وسط ردائه تحت منكبه الأيمن وطرفيه على عاتقه الأيسر.
Pria juga dianjurkan untuk menampakkan bahu kanannya selama tawaf qudum di semua putaran. Menampakkan bahu kanan berarti meletakkan bagian tengah pakaiannya di bawah bahu kanan dan ujung-ujungnya di bahu kiri.
ويستحب الإكثار من الذكر والدعاء بما تيسر في جميع الأشواط.
Disukai memperbanyak zikir dan doa dengan zikir dan doa yang mudah dalam seluruh putaran.
وليس في الطواف دعاء مخصوص ولا ذكر مخصوص بل يدعو ويذكر الله بما تيسر من الأذكار والأدعية ويقول بين الركنين: رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ في كل شوط؛ لأن ذلك ثابت عن النبي ﷺ.
Tidak ada doa khusus dan zikir khusus dalam tawaf. Bahkan silakan berdoa dan mengingat Allah dengan zikir dan doa apa saja yang mudah baginya, dan membaca di antara dua pojok (Yamani dan hajar Aswad):
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلۡـَٔاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
“Rabbanā ātinā fid-dunyā ḥasanah wa fil-ākhirati ḥasanah wa qinā ‘ażāban-nār (Ya Rab kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari siksa api neraka)” pada setiap putaran, karena hal yang demikian telah pasti ada riwayatnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
ويختم الشوط السابع باستلام الحجر الأسود وتقبيله إن تيسر أو الإشارة إليه مع التكبير حسب التفصيل المذكور آنفًا. وبعد فراغه من هذا الطواف يرتدي بردائه فيجعله على كتفيه وطرفيه على صدره.
Putaran ketujuh diakhiri dengan menyentuh dan mencium hajar Aswad, jika memungkinkan, atau memberi isyarat kepadanya sambil bertakbir, sebagaimana tadi dijelaskan. Setelah menyelesaikan putaran ini, ia mengenakan pakaian ihramnya bagian atas (rida’) dengan menyampirkannya di kedua bahunya dengan kedua ujungnya berada di dada.
ثم يصلي ركعتين خلف المقام إن تيسر فإن لم يتمكن من ذلك صلاهما في أي موضع من المسجد. يقرأ فيهما بعد الفاتحة: قل يا أيها الكافرون في الركعة الأولى، و قل هو الله أحد في الركعة الثانية، هذا هو الأفضل وإن قرأ بغيرهما فلا بأس. ثم بعد أن يسلم من الركعتين يقصد الحجر الأسود إن تيسر ذلك.
Kemudian, ia salat dua rakaat di belakang makam Ibrahim jika memungkinkan; jika tidak, ia salat di mana saja di dalam masjid. Setelah membaca surah Al-Fatihah, ia membaca surah Al-Kafirun pada rakaat pertama dan surah Al-Ikhlas pada rakaat kedua. Ini yang afdal, jika membaca surah-surah lain juga diperbolehkan. Setelah menyelesaikan dua rakaat, ia melanjutkan ke hajar Aswad jika memungkinkan.
ثم يخرج إلى الصفا فيرقاه أو يقف عنده والرقي أفضل إن تيسر ويقرأ قوله تعالى: إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ اللهِ [البقرة:158].
Kemudian dia keluar menuju Shafa dan menaikinya atau berdiri di dekatnya. Namun menaikinya lebih utama jika memungkinkan. Kemudian dia membaca firman Allah,
إِنَّ ٱلصَّفَا وَٱلۡمَرۡوَةَ مِن شَعَآئِرِ ٱللَّهِ
“Innaṣ-ṣafā wal-marwata min syā‘a’irillāh (Sesungguhnya Shafa dan Marwa termasuk syiar Allah).” (QS. Al-Baqarah: 158).
ويستحب أن يستقبل القبلة ويحمد الله ويكبره ويقول: “لا إله إلا الله والله أكبر، لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير، لا إله إلا الله وحده أنجز وعده ونصر عبده وهزم الأحزاب وحده” ثم يدعو بما تيسر رافعًا يديه ويكرر هذا الذكر والدعاء ثلاث مرات.
Dianjurkan untuk menghadap kiblat, memuji Allah, bertakbir, dan mengucapkan:
لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكۡبَرُ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحۡدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الۡمُلۡكُ وَلَهُ الۡحَمۡدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىۡءٍ قَدِيرٌ، لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحۡدَهُ أَنۡجَزَ وَعۡدَهُ وَنَصَرَ عَبۡدَهُ وَهَزَمَ الۡأَحۡزَابَ وَحۡدَهُ
“Lā ilāha illallāhu wallāhu akbar, la ilāha illallāhu waḥdahu lā syarīka lah, lahul-mulk walahul-ḥamd wa huwa ‘alā kulli syai’in qadīr, lā ilāha illallāhu waḥdah anjaza wa’dah wa naṣara ‘abdah wa hazamal-ahzāba waḥdah. (Tidak ada ilah yang benar selain Allah dan Allah Maha Besar. Tidak ada ilah yang benar selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nyalah kerajaan dan bagi-Nya segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada ilah yang benar selain Allah semata, Dia telah memenuhi janji-Nya, memberi kemenangan kepada hamba-Nya, dan mengalahkan pasukan sekutu sendiri).”
Kemudian, ia berdoa dengan doa apa saja yang mudah baginya, mengangkat kedua tangannya, dan mengulangi zikir ini dan doa tiga kali.
ثم ينزل فيمشي إلى المروة حتى يصل إلى العلم الأول فيسرع الرجل في المشي إلى أن يصل إلى العلم الثاني. أما المرأة فلا يشرع لها الإسراع؛ لأنها عورة، ثم يمشي فيرقى المروة أو يقف عندها والرقي أفضل إن تيسر ويقول ويفعل على المروة كما قال وفعل على الصفا. ثم ينزل فيمشي في موضع مشيه ويسرع في موضع الإسراع حتى يصل إلى الصفا، يفعل ذلك سبع مرات ذهابه شوط ورجوعه شوط، وإن سعى راكبًا فلا حرج ولاسيما عند الحاجة.
Kemudian turun dan berjalan menuju Marwah hingga mencapai penanda pertama. Bagi pria disyariatkan untuk berjalan cepat hingga mencapai penanda kedua. Adapun wanita, tidak diwajibkan bagi mereka untuk berjalan cepat karena mereka aurat. Kemudian ia berjalan dan naik ke Marwah atau berhenti di dekatnya, namun naik lebih utama jika memungkinkan. Ia mengucapkan dan mengerjakan di Marwah sama dengan yang ia ucapkan dan lakukan di Shafa. Kemudian ia turun dan berjalan di tempat ia berjalan dan berjalan cepat di tempat jalan cepat hingga mencapai Shafa. Ia melakukan ini tujuh kali, pergi dihitung satu lintasan dan kembali dihitung satu lintasan. Jika ia melakukan sai sambil berkendara, tidak ada masalah terutama jika ada kebutuhan.
ويستحب أن يكثر في سعيه من الذكر والدعاء بما تيسر. وأن يكون متطهرًا من الحدث الأكبر والأصغر ولو سعى على غير طهارة أجزأه ذلك.
Dianjurkan agar ia banyak berzikir dan berdoa, sesering mungkin, selama sai. Ia disyariatkan berada dalam kondisi suci, bersih dari hadas, baik besar maupun kecil, meskipun jika ia melakukan sai tanpa suci, sainya tetap sah.
فإذا كمل السعي يحلق الرجل رأسه أو يقصره والحلق أفضل وإذا كان قدومه مكة قريبًا من وقت الحج فالتقصير في حقه أفضل ليحلق بقية رأسه في الحج. أما المرأة فتجمع شعرها وتأخذ منه قدر أنملة فأقل، فإذا فعل المحرم ما ذكر فقد تمت عمرته، والحمد لله. وحل له كل شيء حرم عليه بالإحرام.
Setelah sai selesai, bagi pria menggundul kepala atau memangkas rambut; menggundul lebih utama. Jika kedatangannya di Makkah mendekati waktu haji, memangkas lebih utama agar ia dapat menggundul sisa rambutnya ketika haji. Sedangkan wanita, ia mengumpulkan rambutnya dan memotongnya sepanjang ujung jari atau kurang. Jika jemaah haji melakukan apa yang telah disebutkan, umrahnya telah sempurna, alhamdulillah. Segala sesuatu yang dilarang baginya selama ihram menjadi halal kembali.
وفقنا الله وسائر إخواننا المسلمين للفقه في دينه والثبات عليه وتقبل من الجميع؛ إنه سبحانه جواد كريم.
Semoga Allah memberi taufik kepada kita dan seluruh saudara kita yang muslim untuk memahami agama-Nya dan teguh di atasnya. Semoga Allah menerima (amal) dari semua orang. Sesungguhnya Dia Maha Suci, Maha Pemurah, lagi Maha Baik.
وصلى الله وسلم على عبده ورسوله نبينا محمد وعلى آله وأصحابه وأتباعه بإحسان إلى يوم الدين5نبذة مختصرة من أعمال مناسك العمرة صدرت من مكتب سماحته في 13/2/1416هـ (مجموع فتاوى ومقالات الشيخ ابن باز 17/ 425)..
Semoga Allah melimpahkan selawat dan salam kepada hamba dan Rasul-Nya, Nabi Muhammad, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik hingga hari pembalasan6Ringkasan singkat tentang amalan manasik umrah yang dikeluarkan oleh kantor Syekh pada 13/2/1416 H (Kumpulan Fatwa dan Artikel Syekh Ibnu Baz 17/425)..
عبدالعزيز بن عبدالله بن باز
مفتي عام المملكة العربية السعودية
ورئيس هيئة كبار العلماء وإدارة البحوث العلمية والإفتاء
‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baz
Mufti Besar Kerajaan Arab Saudi
Ketua Dewan Ulama Senior dan Komite Penelitian Ilmiah dan Fatwa
Be the first to leave a comment