Hukum Mencukupkan dengan Sekali Salam

ismail  

حكم الاقتصار على تسليمة واحدة

Syekh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baz rahimahullah

س: أم بنا رجل فسلم بنا واحدة عن يمينه فهل يجوز الاقتصار على واحدة؟ وهل ورد في السنة شيء من ذلك؟

Pertanyaan: Seorang lelaki mengimami kami lalu dia bersalam satu kali ke kanan. Apakah boleh mencukupkan diri dengan satu salam? Apakah ada riwayat dari sunah yang menyebutkan itu?

ج: ذهب الجمهور من أهل العلم إلى أن التسليمة الواحدة كافية؛ لأنه قد ورد في بعض الأحاديث ما يدل على ذلك، وذهب جمع من أهل العلم إلى أنه لا بد من تسليمتين لثبوت الأحاديث عن النبي ﷺ بذلك. ولقوله ﷺ: صلوا كما رأيتموني أصلي رواه البخاري في صحيحه. وهذا القول هو الصواب.

Jawaban: Jumhur ulama berpendapat bahwa satu salam sudah cukup karena dalam sebagian hadis menyebutkan demikian. Namun sekelompok ulama berpendapat harus dua salam karena ada kepastian hadis-hadis dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hal itu. Juga karena sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Salatlah kalian sebagaimana kalian melihatku salat.” Hadis ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Shahih-nya. Pendapat inilah yang benar.

والقول بإجزاء التسليمة الواحدة ضعيف لضعف الأحاديث الواردة في ذلك وعدم صراحتها في المطلوب ولو صحت لكانت شاذة؛ لأنها قد خالفت ما هو أصح منها وأثبت وأصرح. لكن من فعل ذلك جاهلًا أو معتقدًا لصحة الأحاديث في ذلك فصلاته صحيحة. والله ولي التوفيق[1].

Pendapat yang mencukupkan dengan satu salam adalah pendapat yang lemah karena kelemahan hadis-hadis yang menyebutkannya. Juga karena tidak ada ketegasan hadis dalam menetapkan pendapat yang dimaksud. Andai hadis tersebut sahih, tentu akan dihukumi sebagai hadis yang syadz (ganjil) karena menyelisihi hadis yang lebih sahih, lebih pasti, dan lebih tegas. Akan tetapi, barang siapa melakukannya karena tidak tahu atau meyakini kesahihan hadis tersebut, salatnya tetap sah. Allah pemberi taufik.

من ضمن أسئلة موجهة إلى سماحته، طبعها الأخ محمد الشايع في كتاب. (مجموع فتاوى ومقالات الشيخ ابن باز 11/166).

Dari kumpulan pertanyaan yang diajukan kepada syekh yang mulia. Dicetak oleh saudara Muhammad Asy-Syayi’ dalam sebuah kitab. (Majmu’ Fatawa wa Maqalat Asy-Syaikh Ibn Baz 11/166).

Sumber: https://binbaz.org.sa/fatwas/4114/%D8%AD%D9%83%D9%85-%D8%A7%D9%84%D8%A7%D9%82%D8%AA%D8%B5%D8%A7%D8%B1-%D8%B9%D9%84%D9%89-%D8%AA%D8%B3%D9%84%D9%8A%D9%85%D8%A9-%D9%88%D8%A7%D8%AD%D8%AF%D8%A9

Be the first to leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *