Kapan Seorang Hamba Mengetahui bahwa Musibah ini merupakan Ujian atau Azab?

ismail  

متى يعرف العبد أن هذا الابتلاء امتحان أو عذاب؟

س: إذا ابتلي أحد بمرض أو بلاء سيئ في النفس أو المال، فكيف يعرف أن ذلك الابتلاء امتحان أو غضب من عند الله؟ 

Pertanyaan: Ketika seseorang ditimpa suatu penyakit atau musibah pada diri atau hartanya, bagaimana dia mengetahui apakah musibah itu merupakan ujian atau kemurkaan dari sisi Allah?

ج: الله  يبتلي عباده بالسراء والضراء وبالشدة والرخاء، وقد يبتليهم بها لرفع درجاتهم وإعلاء ذكرهم ومضاعفة حسناتهم كما يفعل بالأنبياء والرسل -عليهم الصلاة والسلام- والصلحاء من عباد الله، كما قال النبي ﷺ: أشد الناس بلاء الأنبياء ثم الأمثل فالأمثل، وتارة يفعل ذلك سبحانه بسبب المعاصي والذنوب، فتكون العقوبة معجلة كما قال سبحانه: وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ [الشورى:30].

Jawaban: Allah memberi cobaan kepada hamba-hamba-Nya dengan kesenangan dan kesusahan, dengan kesempitan dan kelapangan. Terkadang Allah memberi cobaan mereka agar mengangkat derajat mereka, meninggikan nama mereka, dan melipatgandakan kebaikan mereka. Sebagaimana yang Allah lakukan terhadap para nabi dan rasul ‘alaihimush shalatu was salam, serta orang-orang saleh di antara hamba-hamba Allah.

Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Manusia yang paling dahsyat cobaannya adalah para Nabi lalu yang mendekati mereka, dan seterusnya.”

Terkadang Allah subhanah melakukan itu dengan sebab kemaksiatan dan dosa. Sehingga cobaan itu menjadi hukuman yang disegerakan, sebagaimana Allah subhanah berfirman, “Musibah apa saja yang menimpa kalian disebabkan perbuatan kalian dan Allah memberi maaf sebagian besarnya.” (Asy-Syura: 30).

فالغالب على الإنسان التقصير وعدم القيام بالواجب، فما أصابه فهو بسبب ذنوبه وتقصيره بأمر الله، فإذا ابتلي أحد من عباد الله الصالحين بشيء من الأمراض أو نحوها فإن هذا يكون من جنس ابتلاء الأنبياء والرسل رفعًا في الدرجات وتعظيمًا للأجور، وليكون قدوة لغيره في الصبر والاحتساب.

Yang kerap terjadi pada manusia adalah kurang dan tidak melaksanakan kewajiban. Sehingga musibah apa saja yang menimpanya disebabkan dosa dan sikap kurangnya dalam mengerjakan perintah Allah.

Apabila salah seorang dari hamba-hamba Allah yang saleh ditimpa suatu penyakit atau semacam itu, hal ini juga termasuk jenis cobaan yang menimpa para nabi dan rasul untuk menaikkan derajat, memperbesar pahala, dan menjadi teladan bagi yang lain untuk bersabar dan mengharap pahala.

فالحاصل أنه قد يكون البلاء لرفع الدرجات وإعظام الأجور كما يفعل الله بالأنبياء وبعض الأخيار، وقد يكون لتكفير السيئات كما في قوله تعالى: مَنْ يَعْمَلْ سُوءًا يُجْزَ بِهِ [النساء:123]

Kesimpulannya cobaan terkadang bisa untuk meninggikan derajat dan memperbesar pahala, sebagaimana yang Allah lakukan terhadap para nabi dan sebagian orang yang mendapat keutamaan. Terkadang bisa untuk menghapus kejelekan, seperti dalam firman Allah taala, “Siapa saja yang melakukan perbuatan buruk, dia akan dibalas dengan balasan yang buruk.” (QS. An-Nisa`: 123).

وقول النبي ﷺ: ما أصاب المسلم من هم ولا غم ولا نصب ولا وصب ولا حزن ولا أذى إلا كفر الله به من خطاياه حتى الشوكة يشاكها، وقوله ﷺ من يرد الله به خيرا يصب منه،

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidaklah menimpa seorang muslim berupa kegundahan, kesulitan, keletihan, penyakit, kesedihan, dan gangguan kecuali Allah akan hapuskan kesalahan-kesalahannya sampaipun berupa duri yang menusuknya.”

Juga sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapa saja yang Allah kehendaki kebaikan, akan Dia timpakan musibah kepadanya.”

وقد يكون ذلك عقوبة معجلة بسبب المعاصي وعدم المبادرة للتوبة كما في الحديث عنه ﷺ أنه قال: إذا أراد الله بعبده الخير عجل له العقوبة في الدنيا وإذا أراد الله بعبده الشر أمسك عنه بذنبه حتى يوافي به يوم القيامة خرجه الترمذي وحسنه[1].

Bisa juga itu merupakan hukuman yang disegerakan dengan sebab maksiat dan tidak bersegera untuk bertobat. Sebagaimana dalam hadis dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda, “Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada hamba-Nya, Allah akan segerakan hukuman di dunia. Apabila Allah menginginkan keburukan pada hamba-Nya, Allah tahan hukuman dengan dosanya hingga Allah akan sempurnakan balasannya di hari kiamat.” (HR. At-Tirmidzi dan beliau menilainya hasan).

  1. مجموع فتاوى ومقالات ابن باز (4/ 371).

Majmu’ Fatawa wa Maqalat Ibn Baz (4/371).

Sumber: https://binbaz.org.sa/fatwas/915/%D9%85%D8%AA%D9%89-%D9%8A%D8%B9%D8%B1%D9%81-%D8%A7%D9%84%D8%B9%D8%A8%D8%AF-%D8%A7%D9%86-%D9%87%D8%B0%D8%A7-%D8%A7%D9%84%D8%A7%D8%A8%D8%AA%D9%84%D8%A7%D8%A1-%D8%A7%D9%85%D8%AA%D8%AD%D8%A7%D9%86-%D8%A7%D9%88-%D8%B9%D8%B0%D8%A7%D8%A8

Be the first to leave a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *