Syekh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab rahimahullah di dalam Ba’dh Fawa`id Surah Al-Fatihah berkata,
﷽
﴿بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ ١ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَـٰلَمِينَ ٢ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ ٣ مَـٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ﴾. هَٰذِهِ الۡآيَاتُ الثَّلَاثُ تَضَمَّنَتۡ ثَلَاثَ مَسَائِلَ:
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan alam semesta. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Penguasa hari pembalasan.”
Tiga ayat ini mengandung tiga permasalahan:
الۡآيَةُ الۡأُولَى: فِيهَا الۡمَحَبَّةُ؛ لِأَنَّ اللهَ مُنۡعِمٌ، وَالۡمُنۡعِمُ يُحَبُّ عَلَى قَدۡرِ إِنۡعَامِهِ. وَالۡمَحَبَّةُ تَنۡقَسِمُ إِلَى أَرۡبَعَةِ أَنۡوَاعٍ:
Ayat pertama mengandung mahabah (rasa cinta), karena Allah adalah Pemberi kenikmatan. Pemberi kenikmatan dicintai sesuai kadar pemberian nikmatnya. Mahabah terbagi menjadi empat macam:
مَحَبَّةٌ شِرۡكِيَّةٌ: وَهُمُ الَّذِينَ قَالَ الله فِيهِمۡ: ﴿وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمۡ كَحُبِّ ٱللَّهِ ۖ﴾ إِلَى قَوۡلِهِ: ﴿وَمَا هُم بِخَـٰرِجِينَ مِنَ ٱلنَّارِ﴾ [البقرة: ١٦٥ – ١٦٧].
Mahabah syirik. Mereka adalah orang-orang yang disebut oleh Allah, “Di antara manusia ada yang menjadikan yang selain Allah sebagai tandingan. Mereka mencintainya seperti mencintai Allah…” hingga firman-Nya, “dan mereka tidak bisa keluar dari neraka.” (QS. Al-Baqarah: 165-167).
الۡمَحَبَّةُ الثَّانِيَةُ: حُبُّ الۡبَاطِلِ وَأَهۡلِهِ، وَبُغۡضُ الۡحَقِّ وَأَهۡلِهِ، وَهَٰذِهِ صِفَةُ الۡمُنَافِقِينَ.
Jenis mahabah kedua adalah mencintai kebatilan dan pelakunya; serta membenci kebenaran dan pelakunya. Ini adalah sifat orang-orang munafik.
الۡمَحَبَّةُ الثَّالِثَةُ: طَبِيعِيَّةٌ، وَهِيَ مَحَبَّةُ الۡمَالِ وَالۡوَلَدِ، إِذَا لَمۡ تُشۡغِلۡ عَنۡ طَاعَةِ اللهِ، وَلَمۡ تُعِنۡ عَلَى مَحَارِمِ اللهِ فَهِيَ مُبَاحَةٌ.
Mahabah ketiga adalah yang bersifat tabiat seperti mencintai harta dan anak. Jika tidak sampai menyibukkan diri dari ketaatan kepada Allah dan tidak membantu kepada perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah, maka ini mahabah yang dibolehkan.
وَالۡمَحَبَّةُ الرَّابِعَةُ: حُبُّ أَهۡلِ التَّوۡحِيدِ، وَبُغۡضُ أَهۡلِ الشِّرۡكِ، وَهِيَ أَوۡثَقُ عُرَى الۡإِيمَانِ، وَأَعۡظَمُ مَا يَعۡبُدُ بِهِ الۡعَبۡدُ رَبَّهُ.
Mahabah keempat adalah mencintai orang-orang yang bertauhid dan membenci pelaku kesyirikan. Ini adalah tali keimanan yang paling kuat dan bentuk ibadah teragung dari hamba kepada Tuhannya.
الۡآيَةُ الثَّانِيَةُ: فِيهَا الرَّجَاءُ.
Ayat kedua mengandung rasa harap.
وَالۡآيَةُ الثَّالِثَةُ: فِيهَا الۡخَوۡفُ.
Ayat ketiga mengandung rasa takut.
﴿إِيَّاكَ نَعۡبُدُ﴾ أَيۡ: أَعۡبُدُكَ يَا رَبِّ بِمَا مَضَى، بِهَٰذِهِ الثَّلَاثِ: بِمَحَبَّتِكَ، وَرَجَائِكَ، وَخَوۡفِكَ.
“Hanya kepada-Mu, kami beribadah.” Artinya: Aku beribadah kepada-Mu, wahai Tuhanku, dengan tiga perkara yang telah lewat. Yaitu dengan perasaan mencintai-Mu, berharap kepada-Mu, dan takut dari-Mu.
فَهَٰذِهِ الثَّلَاثُ أَرۡكَانُ الۡعِبَادَةِ، وَصَرَفَهَا لِغَيۡرِ اللهِ شِرۡكٌ.
Tiga perasaan ini adalah rukun-rukun ibadah. Memalingkannya kepada selain Allah merupakan kesyirikan.
وَفِي هَٰذِهِ الثَّلَاثِ الرَّدُّ عَلَى مَنۡ تَعَلَّقَ بِوَاحِدَةٍ مِنۡهُنَّ كَمَنۡ تَعَلَّقَ بِالۡمَحَبَّةِ وَحۡدَهَا.
أَوۡ تَعَلَّقَ بِالرَّجَاءِ وَحۡدَهُ أَوۡ تَعَلَّقَ بِالۡخَوۡفِ وَحۡدَهُ، فَمَنۡ صَرَفَ مِنۡهَا شَيۡئًا لِغَيۡرِ اللهِ فَهُوَ مُشۡرِكٌ.
Dalam tiga ayat ini ada bantahan terhadap orang yang menautkan hatinya dengan hanya salah satu dari tiga perasaan itu. Seperti orang yang memunculkan perasaan mahabah saja, atau harap saja, atau takut semata. Jadi siapa saja yang memalingkan satu saja darinya kepada selain Allah, maka dia musyrik.
وَفِيهَا مِنَ الۡفَوَائِدِ: الرَّدُّ عَلَى الطَّوَائِفِ الثَّلَاثِ الَّتِي كُلُّ طَائِفَةٍ تَتَعَلَّقُ بِوَاحِدَةٍ مِنۡهَا. كَمَنۡ عَبَدَ اللهَ تَعَالَى بِالۡمَحَبَّةِ وَحۡدَهَا.
وَكَذٰلِكَ مَنۡ عَبَدَ اللهَ بِالرَّجَاءِ وَحۡدَهُ كَالۡمُرۡجِئَةِ، وَكَذٰلِكَ مَنۡ عَبَدَ اللهَ بِالۡخَوۡفِ وَحۡدَهُ كَالۡخَوَارِجِ.
Dalam ayat ini ada faedah bantahan terhadap tiga kelompok yang tiap kelompok hanya memunculkan salah satu dari tiga perasaan itu dalam hatinya. Seperti orang yang beribadah kepada Allah taala dengan perasaan mahabah saja. Begitu pula yang beribadah kepada Allah dengan rasa harap belaka seperti kelompok Murji`ah. Demikian pula yang beribadah kepada Allah dengan perasaan takut semata seperti kelompok Khawarij.
﴿إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ﴾ فِيهَا تَوۡحِيدُ الۡأُلُوهِيَّةِ وَتَوۡحِيدُ الرُّبُوبِيَّةِ ﴿إِيَّاكَ نَعۡبُدُ﴾ فِيهَا تَوۡحِيدُ الۡأُلُوهِيَّةِ، ﴿وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ﴾ فِيهَا تَوۡحِيدُ الرُّبُوبِيَّةِ.
“Hanya kepada-Mu, kami beribadah dan hanya kepada-Mu, kami meminta pertolongan.” Ayat ini mengandung tauhid uluhiyyah (pengesaan Allah dalam ibadah) dan tauhid rububiyyah (pengesaan Allah sebagai pencipta, pemilik, dan pengatur alam semesta).
“Hanya kepada-Mu, kami beribadah.” Ayat ini mengandung tauhid uluhiyyah.
“Dan hanya kepada-Mu, kami meminta pertolongan.” Ayat ini mengandung tauhid rububiyyah.
﴿ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ﴾ فِيهَا الرَّدُّ عَلَى الۡمُبۡتَدِعِينَ.
“Berilah kepada kami petunjuk ke jalan yang lurus.” Ayat ini mengandung bantahan terhadap para pelaku kebidahan.
وَأَمَّا الۡآيَتَانِ الۡأَخِيرَتَانِ فَفِيهِمَا مِنَ الۡفَوَائِدِ ذِكۡرُ أَحۡوَالِ النَّاسِ.
قَسَمَهُمُ اللهُ تَعَالَى ثَلَاثَةَ أَصۡنَافٍ: مُنۡعَمٌ عَلَيۡهِ، وَمَغۡضُوبٌ عَلَيۡهِ، وَضَالٌّ.
Dua ayat terakhir mengandung faedah penyebutan perihal manusia. Allah taala membagi mereka menjadi tiga golongan. Yaitu: yang diberi nikmat, yang dimurkai, dan yang sesat.
فَالۡمَغۡضُوبُ عَلَيۡهِمۡ: أَهۡلُ عِلۡمٍ لَيۡسَ مَعَهُمۡ عَمَلٌ.
وَالضَّالُّونَ: أَهۡلُ عِبَادَةٍ لَيۡسَ مَعَهَا عِلۡمٌ.
وَإِذَا كَانَ سَبَبُ النُّزُولِ فِي الۡيَهُودِ وَالنَّصَارَى، فَهِيَ لِكُلِّ مَنِ اتَّصَفَ بِذٰلِكَ.
الثَّالِثُ: مَنِ اتَّصَفَ بِالۡعِلۡمِ وَالۡعَمَلِ وَهُمُ الۡمُنۡعَمُ عَلَيۡهِمۡ.
Yang dimurkai adalah orang yang berilmu namun tidak beramal. Yang sesat adalah ahli ibadah yang tidak berilmu. Walaupun sebab turunnya ayat ini kepada orang Yahudi dan Nasrani, namun berlaku pula kepada siapa saja yang memiliki sifat seperti itu. Golongan ketiga adalah orang yang menyandang sifat berilmu dan beramal. Merekalah yang mendapat kenikmatan.
وَفِيهَا مِنَ الۡفَوَائِدِ: التَّبَرُّؤُ مِنَ الۡحَوۡلِ وَالۡقُوَّةِ؛ لِأَنَّهُ مُنۡعَمٌ عَلَيۡهِ.
وَكَذٰلِكَ فِيهَا مَعۡرِفَةُ اللهِ عَلَى التَّمَامِ وَنَفۡيُ النَّقَائِصِ عَنۡهُ – تَبَارَكَ وَتَعَالَى -.
Ayat ini mengandung beberapa faedah. Yaitu, kenikmatan yang ada pada seorang hamba bukanlah karena daya dan upayanya. Sebenarnya dia hanyalah diberi kenikmatan.
Begitu pula ayat ini memiliki faedah mengenali Allah dengan sifat-Nya yang sempurna dan meniadakan sifat kekurangan dari-Nya—tabaraka wa ta’ala.
وَفِيهَا مَعۡرِفَةُ الۡإِنۡسَانِ رَبَّهُ، وَمَعۡرِفَةُ نَفۡسِهِ.
فَإِنَّهُ إِذَا كَانَ رَبٌّ فَلَا بُدَّ مِنۡ مَرۡبُوبٍ، وَإِذَا كَانَ هُنَا رَاحِمٌ فَلَا بُدَّ مِنۡ مَرۡحُومٍ،
Ayat ini mengandung faedah pengenalan seseorang kepada Tuhannya dan pengenalan dirinya. Karena apabila di sana ada Rabb (pencipta, pemilik, pengatur), maka pasti ada marbub (yang diciptakan, yang dimiliki, yang diatur). Jika di sana ada Yang Maha Penyayang, maka pasti ada yang disayang.
وَإِذَا كَانَ هُنَا مَالِكٌ فَلَا بُدَّ مِنۡ مَمۡلُوكٍ، وَإِذَا كَانَ هُنَا عَبۡدٌ فَلَا بُدَّ مِنۡ مَعۡبُودٍ، وَإِذَا كَانَ هُنَا هَادٍ فَلَا بُدَّ مِنۡ مَهۡدِيٍّ،
Jika di sana ada penguasa, maka pasti ada yang dikuasai. Jika di sana ada hamba, maka pasti ada yang disembah. Jika di sana ada Yang memberi petunjuk, maka pasti ada yang ditunjuki.
وَإِذَا كَانَ هُنَا مُنۡعِمٌ فَلَا بُدَّ مِنۡ مُنۡعَمٍ عَلَيۡهِ، وَإِذَا كَانَ هُنَا مَغۡضُوبٌ عَلَيۡهِ فَلَا بُدَّ مِنۡ غَاضِبٍ، وَإِذَا كَانَ هُنَا ضَالٌّ فَلَا بُدَّ مِنۡ مُضِلٍّ.
Jika di sana ada Yang memberi kenikmatan, maka pasti ada yang diberi kenikmatan. Jika di sana ada yang dimurkai, maka pasti ada Yang memurkai. Jika di sana ada yang sesat, maka pasti ada Yang menjadikannya sesat.
فَهَٰذِهِ السُّورَةُ تَضَمَّنَتِ الۡأُلُوهِيَّةَ وَالرُّبُوبِيَّةَ، وَنَفۡيَ النَّقَائِصِ عَنِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَتَضَمَّنَتۡ مَعۡرِفَةَ الۡعِبَادَةِ وَأَرۡكَانِهَا. وَاللهُ أَعۡلَمُ.
Jadi surah ini mengandung tauhid uluhiyyah dan rububiyyah, serta peniadaan sifat kekurangan dari Allah. Juga mengandung pengenalan kepada ibadah dan rukun-rukunnya. Wallahualam.
Be the first to leave a comment